Selasa, 22 Mei 2012

Calaon pendamping??? hak siapa ??


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

kita pasti sering mendapati beberapa kasus yang diistilahkan ‘zaman Siti Nurbaya’!
Nah.. sahabat kita ini,, memiliki kasus yang hampir serupa 
(tapi tak sama)
 dengan kiasan seperti di atas..
seseorang pernah  bertanya,,''.. sebenarnya yang berhak menentukan calon pendamping hidup itu siapa?? saya kan?? tapi kenapa malah dipersulit ini-itu oleh orang tua?? moso’ masih jodoh2an??”

ikhwatifillah rahimakumullaah,..
menikah itu hukumnya sunnah,, sunnah yang menyempurnakan separuh dari agama! akan tetapi perlu diingat bahwa berbakti kapada orang tua hukumnya wajib..
memang benar! pada hakikatnya setiap orang bebas menentukan pilihan hidupnya termasuk memilih pasangan hidup..
bahkan Islam menegaskan bahwa penentuan jodoh adalah hak anak,, sebagaimana dalam beberapa hadist disebutkan yang salah satunya adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda Seorang janda tidak boleh di nikahkan sebelum di mintai izin, seorang gadis tidak boleh dinikahkan sebelum di mintai persetujuan. Para sahabat bertanya: “wahai rasulullah, bagaimana persetujuan seorang gadis? Beliau menjawab: Tanda persetujuannya adalah diamnya.” (HR. Al-bukhari & muslim dari hadist Abu hurairah)

namun ada juga beberapa pihak yang wajib untuk didengar pendapatnya, seperti orang tua, ulama terdekat, dan pastinya yang paling terpenting adalah meminta pendapat atau memohon petunjuk dari ALLAH Subhanahu wa Ta’ala
orang tua harus menerima pilihan anaknya jika memenuhi syarat yaitu agamanya baik. begitu juga anak, harus menerima pilihan orang tua jika dinilai baik dari segi agamanya..
dalam Islam,, terlarang orang tua yang menghalangi anaknya menikah hanya karena calonnya orang miskin atau kurang mampu dari segi materi, pangkatnya rendah, bukan dari keluarga darah biru, pendidikannya tidak tinggi, bukan dari suku tertentu, atau bla.. bla.. bla….
wahai ayah!! “Apabila datang kepadamu seorang laki-laki untuk meminang anak gadismu yang engkau ridho terhadap agama dan akhlaqnya maka nikahkanlah dia. Bila tidak engkau lakukan maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan akan timbul kerusakan yang merata di muka bumi.” (HR.Tarmidzi dan Ahmad)

atau minta pendapat ke ulama terdekat, seperti murabbi, guru atau ustadz yang dikenal sebagaimana ALLAH berfirman “maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui” (QS.al-’Anbiya: 7)
dan pastinya mintalah petunjuk pada ALLAH!!
adukanlah semua beban dihati lewat shalat istikharah, mohon petunjuk-NYA untuk memberikan yang terbaik.. “..wallaahu ya’lamu wa antum laa ta’lamuun” (QS.2:216)
Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu, beliau berkata,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يُعَلِّمُ أَصْحَابَهُ الاِسْتِخَارَةَ فِى الأُمُورِ كُلِّهَا ، كَمَا يُعَلِّمُ السُّورَةَ مِنَ الْقُرْآنِ يَقُولُ « إِذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ لِيَقُلِ اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِك وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوبِ ، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ خَيْرٌ لِى فِى دِينِى وَمَعَاشِى وَعَاقِبَةِ أَمْرِى – أَوْ قَالَ عَاجِلِ أَمْرِى وَآجِلِهِ – فَاقْدُرْهُ لِى وَيَسِّرْهُ لِى ثُمَّ بَارِكْ لِى فِيهِ ، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ شَرٌّ لِى فِى دِينِى وَمَعَاشِى وَعَاقِبَةِ أَمْرِى – أَوْ قَالَ فِى عَاجِلِ أَمْرِى وَآجِلِهِ – فَاصْرِفْهُ عَنِّى وَاصْرِفْنِى عَنْهُ ، وَاقْدُرْ لِى الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِى – قَالَ – وَيُسَمِّى حَاجَتَهُ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajari para sahabatnya untuk shalat istikharah dalam setiap urusan, sebagaimana beliau mengajari surat dari Alquran. Beliau bersabda, “Jika kalian ingin melakukan suatu urusan, maka kerjakanlah shalat dua rakaat selain shalat fardhu, kemudian hendaklah ia berdoa:
Allahumma inni astakhiruka bi ‘ilmika, wa astaqdiruka bi qudratika, wa as-aluka min fadhlika, fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyub. Allahumma fa-in kunta ta’lamu hadzal amro (sebut nama urusan tersebut) khoiron lii fii ‘aajili amrii wa aajilih (aw fii diinii wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii) faqdur lii, wa yassirhu lii, tsumma baarik lii fiihi. Allahumma in kunta ta’lamu annahu syarrun lii fii diini wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii (fii ‘aajili amri wa aajilih) fash-rifnii ‘anhu, waqdur liil khoiro haitsu kaana tsumma rodh-dhinii bih.
Ya Allah, sesungguhnya aku beristikharah pada-Mu dengan ilmu-Mu,
aku memohon kepada-Mu kekuatan dengan kekuatan-Mu,
aku meminta kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu..
Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan dan aku tidaklah mampu melakukannya.
Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak tahu.
Engkaulah yang mengetahui perkara yang ghaib.
Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini baik bagiku dalam urusanku di dunia dan di akhirat, (atau baik bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku), maka takdirkanlah hal tersebut untukku, mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku (atau baik bagiku dalam urusanku di dunia dan akhirat), maka palingkanlah ia dariku, dan palingkanlah aku darinya, dan takdirkanlah yang terbaik untukku apapun keadaannya dan jadikanlah aku ridha dengannya. Kemudian dia menyebut keinginanya” (HR. Ahmad, Al-Bukhari, Ibn Hibban, Al-Baihaqi dan yang lainnya)

dalam riwayat at-Tirmidzi disebutkan : “Kemudian jadikanlah aku orang yang ridha dengan pemberian-MU itu”
semoga hatinya semakin dimantapkan dengan pilihannya dan insya ALLAH itulah pilihan barakah yang dapat membawa akhi wa ukhti dan keluarga ke dalam Jannah-NYA.. Aamiin Allaahumma Aamiin!
#do’akan sayya juga yaa!! hehe..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar