Selasa, 01 Mei 2012

Makna sebuah kesuksesan


Jika kita ditanya, apakah anda ingin sukses? Tentu dengan tegas kita akan menjawab : “saya ingin sukses!, bahkan sangat ingin sekali sukses”. Begitu pula jika kita bertanya kepada orang lain. Coba kita tanya suami, saudara, tetangga atau siapa saja orang yang kita temui. Apakah mereka juga menginginkan kesuksesan sama seperti kita yang menginginkannya? Hampir dapat dipastikan mereka semua akan memberikan jawaban yang sama, yaitu meraka pun ingin sukses. Tidak ada seorangpun yang menginginkan sebaliknya. Tak akan ada orang yang menginginkan kegagalan dalam hidupnya. Bahkan orang yang sekarang sudah sukses pun seringkali ingin menjadi lebih sukses lagi. Pendek kata, kesuksesan adalah harapan semua orang. Sehingga kita bisa melihat, begitu banyak orang yang mengejar kesuksesan. Mereka rela mengeluarkan tenaga dan pikiran. Tak sedikit yang mengorbankan  waktu mereka dan juga pengorbanan lainnya. Semua itu dilakukan hanya untuk mengejar apa yang dinamakan kesuksesan.
Lantas apa sih sebenarnya makna kesuksesan itu. Sampai-sampai begitu banyak orang yang mengiginkannya bahkan rela berkorban untuk mendapatkannya? Kemudian apa batasannya sehingga seseorang dapat dikatakan sukses? Jika pertanyaannya seperti ini, maka masing-masing orang akan mempunya jawaban yang berbeda satu sama lain. Misal, seorang anak SMA yang mengikuti tes masuk sebuah perguruan tinggi, bisa saja ia dikatakan sukses jika ia benar-benar berhasil masuk ke perguruan tinggi tersebut. Berbeda dengan seorang pegawai. Mereka bisa saja dikatakan sukses jika berhasil mendapatkan gaji besar serta posisi enak di tempat kerjanya. Lain halnya dengan seorang artis, penyanyi, entertainer  atau apalah sebutannya, mungkin baru dikatakan sukses jika album yang mereka buat terjual hingga ribuan copy di masyarakat. Kemudian mereka mendapat banyak penghargaan, sanjungan, dan pujian dari sana-sini.
Begitupun bagi seorang pengusaha, pejabat atau lainnya. Ukuran kesuksesan mereka tentu berbeda satu dengan lainnya. Dari sini jelaslah bahwa arti kesuksesan itu mungkin berbeda-beda untuk setiaap orang.  Walaupun begitu, kita tetap bisa mendefinisikan arti sukses secara umum, dimana yang dimaksud sukses adalah berhasil mendapatkan/mencapai apa yang dinginkan atau dicita-citakan


Sehingga bagi seseorang yang bercita-cita dapat masuk ke perguruan tinggi ternama, mungkin ia akan merasa sukses jika ia benar-benar dapat masuk ke perguruan tinggi tersebut. Bagi seseorang yang bercita-cita ingin jadi artis penyanyi, bintang film, atau entertainer. Mungkin ia akan merasa sukses jika ia telah benar-benar berhasil menerbitkan album, atau membintangi sebuah film. Bagi orang yang bercita-cita ingin menjadi pejabat, memiliki mobil mewah, memiliki rumah mewah, atau bercita-cita menjadi pengusaha. Mungkin mereka akan merasa sukses jika telah benar-benar dapat mewujudkan semua yang dicita-citakannya. Inilah mungkin makna sukses yang difahami oleh kebanyakan orang. Mereka memahami pula bahwa kesuksesan akan membawa kepada kebahagiaan. Sementara ketidak suksesan atau kegagalan akan menghasilkan ketidak bahagia atau bahkan kesengsaraan.
Makna kesuksesan yang seperti ini, sebenarnya lahir dari pemahaman serba materi atau materialistis yang memang saat ini telah menguasai kehidupan kita. Materi telah dijadikan alat ukur satu-satunya dalam menentukan sukses tidaknya seseorang. Sehingga jika ada seseorang yang taat beragama, jujur, dan juga amanah. Hanya karena  pekerjaannya serabutan, rumahnya pun mengontrak (kontraktor), kemana-mana hanya jalan kaki atau paling banter naik sepeda, tidak dipandang sukses di mata masyarakat. Tapi sebaliknya, seseorang yang punya mobil mewah, rumah gedong, pekerjaan yang terhormat bahkan terkenal diseantero negeri, masyarakat memandangnya sebagai orang sukses. Padahal bisa jadi mereka mendapatkan semua itu dengan mengesampingkan agama, mengorbankan kejujuran, harga diri, bahkan bertindak semena-mena. Maka dari contoh ini, nampaklah bahwa pandangan hidup seseorang akan mempengaruhi pula pandangannya mengenai arti kesuksesan. Oleh karena itu pandangan seorang muslim  terhadap kesuksesan ini haruslah didasarkan kepada pandangan hidupnya sebagai seorang muslim, yakni akidah Islam.
Dalam hal kesuksesan dan kebahagiaan ini, Islam memiliki definisi dan batasan yang amat  jelas yang semestinya diyakini oleh seorang muslim. Dimana menurut Islam, seseorang dapat dikatakan sukses, bukan karena harta yang berhasil ia kumpulkan. Bukan karena jabatan yang berhasil ia duduki. Begitu pula bukan karena rumah mewah, mobil mewah beserta segala isinya yang ia miliki, dan bukan pula karena berbagai bentuk materi duniawi yang mampu ia kumpulkan di dunia ini. Semua itu, tidak pernah sedikitpun disebut-sebut di dalam Islam agar seseorang disebut sukses. Satu-satunya kesuksesan hakiki menurut Islam yang seharusnya kita raih, adalah ketika kita berhasil mendapatkan keridhoan Allah  dan berhasil memasuki surganya Allah SWT. Hal ini disebutkan di dalam  firman Allah SWT :
 أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ  (at-taubah:89)
“Allah telah menyediakan bagi mereka syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar”
قَالَ اللَّهُ هَذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصَّادِقِينَ صِدْقُهُمْ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (al-maidah:119)
 ”Allah berfirman: “Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadapNya. Itulah keberuntungan yang paling besar.”
Keberuntungan yang paling besar sebagaimana disebutkan dalam ayat tadi, adalah kesuksesan sesungguhnya yang layak diperjuangkan oleh seorang manusia khususnya seorang muslim.
Maka bagi seorang muslim yang menginginkan kesuksesan, haruslah menjadikan keridhoan Allah SWT sebagai target utama dalam kehidupannya. Memang tidak ada salahnya jika ia menginginkan pencapaian-pencapaian yang bersifat materi. Memiliki rumah mewah, memiliki kendaraan lebih dari satu, tidaklah terlarang bagi seorang muslim. Begitu pula tidaklah berdosa ketika seorang muslim ingin menjadi pengusaha, pejabat negara, atau kedudukan-kedudukan tinggi lainnya. Asalkan semua itu, tidak memalingkannya dari usaha untuk mencapai target tertinggi kehidupannya, yakni meraih keridhoan Allah SWT.  Dan memang Islam juga telah memberikan panduan yang jelas bagaimana agar kita bisa mencapai target tertinggi tersebut.
Hanya saja, meskipun Islam telah menjelaskan makna dari kesuksesan dan kebahagiaan serta telah  memberikan panduan kesuksesan itu, tetapi pada kenyataannya tetap saja banyak manusia yang memilih jalan lainnya. Sehingga keadaan mereka di dunia ini pun menjadi beragam. Seorang ulama pernah mengelompokan keadaan manusia dalam hubungannya dengan kesuksesan atau kebahagiaan ini menjadi empat golongan :
  1. سعيد فى الدنيا وسقى فى الأخرة  Pertama, orang yang bahagia/sukses di dunia tapi celaka di akhirat. Orang seperti ini banyak kita temukan dalam kehidupan kita. Di dunia dia kaya, punya rumah mewah, mobil mewah, istri cantik atau suami tampan. Dia punya jabatan dan dikenal banyak orang. Akan tetapi semuanya didapatkan dengan jalan menghalalkan segala cara. Dia tinggalkan aturan agama, dia kesampingkan syariat Allah bahkan kekayaan yang dimilikinya itu semakin membuatnya lupa akan tujuan dirinya diciptakan, yakni untuk menyembah dan beribadah kepada Allah SWT. Orang seperti ini menjadikan hidupnya hanya untuk mengejar kekayaan dunia. Bahkan seringkali mereka pun menghalang-halangi dan memusuhi para penyeru kepada jalan kebaikan. Maka orang yang terlalu mencintai kehidupan dunia dan lupa akhirat sesungguhnya dia akan celaka di akhirat.
  2. سقى فى الدنيا وسعيد فى الأخرة Kedua, orang yang celaka di dunia namun bahagia di akhirat. Celaka disini maksudnya ketika di dunia dia miskin dan hidup serba pas-pasan tetapi kemiskinanya itu tidak membuatnya gelap mata hingga meninggalkan aturan Allah SWT. Seluruh perintah dan kewajiban dari Allah tetap ia kerjakan. Begitu pula dengan larangan dan yang diharamkan-Nya, senantiasa ia jauhi. Maka orang seperti ini, meskipun di dunia terlihat tidak sukses di mata masyarakat, akan tetapi di akhirat kelak akan digolongkan sebagai orang yang sukses dan bahagia  اولئك هم الفاءزون
  3. سقى فى الدنيا وسقى فى الأخرة Ketiga, orang yang celaka di dunia dan di akhirat. Golongan yang ketiga ini, adalah yang paling merugi. Sudahlah miskin di dunia, rumah ngontrak, pekerjaan tidak punya, segala sesuatunya serba kurang ditambah lagi ia tidak mau melaksanakan aturan dan hukum-hukum Allah SWT. Dia membangkang kepada Allah, dia tidak mau beribadah, kewajiban dia tinggalkan, malah sebaliknya dia malah mengerjakan larangan-larang Allah SWT. Pendek kata, ia menjalani hidup ini sekehendak hati dan nafsunya belaka. Naudzubillah tsumma naudzubillah minzalik.  Orang seperti ini banyak kita temukan disekitar kita bahkan kita sering melihat orang seperti ini ada juga yang  sombong. Ya Allah … Ya Karim … kalau orang kaya tapi sombong itu wajar tapi kalau orang yang semacam ini apa yang mau disombongkan?
  4. سخعيد فى الدنيا وسعيد فى الأرة  Keempat, orang yang bahagia di dunia dan akhirat. Nah ,,,, inilah idaman setiap insan, ketika di dunia dia mempunyai harta banyak, hidup serba berkecukupan, keluarga yang bahagia terlebih lagi punya anak-anak yang sholeh. Dia dengan kekayaannya tidak lupa untuk selalu beribadah kepada Allah dan senantiasa berbuat kebaikan, contohnya memberi sedekah pada orang miskin dan anak yatim karena dia tahu bahwa harta yang dia peroleh terdapat hak orang lain. Orang semacam inilah yang akan menjadi penghuni surga kelak. Semoga kita bisa menjadi manusia yang seperti ini ,,, Amin ya Rabbal Alamin ,,,
Dari keempat kelompok manusia tadi, mungkin yang terakhir inilah kelompok yang paling ideal. Kalau pun kita tidak berhasil menjadi kelompok yang ke empat ini, paling tidak kita mengusahakan untuk menjadi kelompokyang jedua. Yakni yang meskipun di dunia tidak begitu berhasil. Kita tidak bisa kaya, tidak bisa punya rumah mewah, ataupun kendaraan serta jenis kekayaan lainnya. Tapi jangan sampai kita tidak mendapatkan kesuksesan di akhirat kelak.
Dari sini jelaslah bahwa kesuksesan hakiki menurut Islam adalah kesuksesan nanti di akhirat. Adapun kesuksesan hidup di dunia ini hanyalah kesuskesan semu saja. Karena sesungguhnya, apa yang kita dapatkan di dunia ini, kekayaan yang kita kumpulkan, kedudukan yang kita raih, dan semua pencapaian duniawi kita akan kita tinggalkan begitu saja ketika kita mati nanti. Maka nasib kita  sesungguhnya adalah keadaan kita nanti di akhirat. Apakah kita bisa sukses di sana atau sebaliknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar